Saya bukan pengarah gaya yang baik. Saya lebih sering memotret
landscape. Memang beberapa foto
landscape ada yang saya tambahkan elemen manusia sebagai pelengkap. Tapi pose-mempose tidak dibutuhkan disini. Begitu pula dengan beberapa foto-foto
candid.
Kemarin saya akhirnya berkesempatan untuk memotret foto
portrait, saat saya dan beberapa kawan liburan ke Pulau Tidung. Dengan pedenya saya arahkan salah satu kawan saya untuk
ndeprok dipinggiran jembatan cinta, jembatan tersohor yang menghubungkan antara Pulau Tidung Besar dan Tidung Kecil. Begitu ia
ndeprok, segera saya intip jendela bidik dan pret-pret selesai.
Sampai dirumah semua foto siap untuk
post processing. Dan saya pun tertawa geli saat melihat foto
portrait yang saya ambil. Masalahnya wajah kawan saya itu terlihat seperti sedang menahan penderitaan yang mendalam.
*piss cuy* Mungkin kalau ditambahkan mangkuk kosong didekat tasnya, pose akan jauh lebih sempurna.
*kabuur*
Saya jadi teringat fotografer yang mengabadikan
moment wedding saya. Ia selalu mengintip ke layar LCD kameranya
setiap kali selesai menjepret, dan
zooming ke wajah saya. Setelahnya? Ia selalu
sibuk nyuruh saya untuk nyengir, nyengir dan nyengir.
Next time... dont forget to say cheseeeeeee....