Selasa, 21 Juni 2016

Pelajaran Dari Pohon


Pohon tidak pernah bisa memilih dimana akan tumbuh,
takdir lah yang membawanya kesini.. ke depan rumah ku.
Pohon juga tidak pernah menolak segala perlakuan terhadapnya,
ketika batangnya dipanjat anak kucing dengan kuku kuku yang tajam,
atau dahannya dipangkas karena dianggap mengganggu,
atau ketika buahnya dipetik hingga habis..
pohon hanya pasrah.. hanya diam.. dan tetap bernafas.

And so my friend... mari tetap bernafas...
*Apasiiiiiiiiih*


Sabtu, 11 Juni 2016

(Masih) Tentang Hidup


kemarin ia cuma tunas..
hari ini ia mekar dan indah sempurna..
besok atau lusa mungkin akan layu, mengering, lalu mati..

.....dan seperti itulah hidup
sejatinya menunggu mati..
karena hidup untuk mati.. dan mati untuk hidup kembali


Rabu, 27 April 2016

Tentang Hidup


kalau saja pertanyaan-pertanyaan hidup bisa disearch di mesin pencari.. tentu lebih mudah jalani hidup ini.. kalau saja cerita kehidupan ini bisa dikarang seperti novel... tentu yang sederhana dan indah yang akan kutuliskan disetiap lembarnya..

sayangnya kehidupan ini punya cara sendiri menghadirkan tiap episode episode ceritanya.. aku mah apa... cuma terayun ayun mengikuti gelombang... seperti aktor yang pasrah dengan skenario dari sang sutradara...

.....and i sing my self a quiet lullaby

Rabu, 16 Desember 2015

Indahnya Curug Pengantin Bumijawa

Tadinya saya pikir tempat wisata di Tegal itu ya hanya Guci dan Pantai. Eh ternyata lumayan banyak juga tempat wisata alam, baik yang sudah dikelola maupun belum. Keinginan menjelajah semakin besar apalagi salah seorang teman yang memang asli Tegal ikut bersemangat. “Masa daerahe dewek ora ngerti ngendi ndi…” begitu katanya. Cuss.. Jadilah kami berangkat menuju Bumijawa.


Curug Pengantin dan Curug Luhur lokasinya berdekatan. Curug Pengantin letaknya di hulu Curug Luhur.  Berdasarkan informasi dari cowok-cowok setempat yang bergerombol di pos jaga parkir, perjalanan menuju curug dapat ditempuh selama kurang lebih 15 menit trekking dari parkiran. Kedua curug ini sih sepertinya belum dikelola oleh pemerintah, karena saya  tidak melihat satupun loket karcis disini. Kami cukup membayar uang parkir dan memasukkan uang seikhlasnya ke ember yang disodorkan oleh mereka.

Jalan setapak menuju curug masih berupa jalan tanah dengan kontur lumayan naik turun. Kalaupun ada tangga, dibuat dari karung-karung berisi tanah dan pegangan bambu seadanya. Pasti akan sangat licin jika hujan turun. Yang membuat saya takjub, disini masih banyak monyet liar hidup bebas bergelantungan dipohon-pohon. Wooow. Padahal ini tidak jauh dari pemukiman. Selain jalan setapak, kami juga melewati hamparan sawah terasering sampai akhirnya terdengar suara gemericik air.


Sudah sampaikah di curug? Tentu belum! Kami masih harus menyusur melawan aliran sungai untuk sampai ke curug. Kemana kaki harus melangkah dan berpijak? You’re on your own guys.. tidak ada pemandu dan karena kami datang di hari jumat, pengunjung pun tidak banyak. Pintar-pintar lah memilih jalan yang airnya tidak dalam agar celana tidak basah dan berhati-hati dengan arus yang kencang. Lebih bagus sih kalau bawa celana ganti jadi bebas main air. Saya sangat tidak menyarankan untuk memaksakan diri menyusuri sungai saat hujan dan debit air bah yang kencang.

Dan tadaaaaa......Tibalah kami. Curug Pengantin begitu indah. Tingginya sekitar 10-14 meter. Mungkin karena ada dua air terjun berdampingan sehingga dinamakan penganten. Menurut mas-mas yang sedang asyik mancing, kolam air curug ini dalamnya kurang lebih 3 meter. Sejak di pintu masuk parkiran sudah ada rambu larangan berenang. Rupanya pernah ada korban yang tenggelam saat berenang.

all pic taken with my LG phone

Kerasnya suara air yang jatuh membuat curug ini semakin berwibawa. Sejenak saya duduk mengagumi kemegahannya. Membiarkan pikiran-pikiran kusut hanyut terbawa derasnya aliran sungai…

Sayangnya… belum semua pengunjung sadar lingkungan. Ada beberapa spot yang penuh sampah… Ahh.. Indonesia sekali bukan?? Apalagi di lokasi curug ada tenda warung yang menjual minuman dan mie instant. Hmmmm…….

Kamis, 03 Desember 2015

Cahaya Dalam Gelap



Mungkin yang kita butuhkan adalah gelap. Semata-mata agar dapat menghargai setitik cahaya, sekecil apapun itu. Seredup apapun pasti akan sangat berarti.
Mungkin yang kita butuhkan adalah gelap. Agar mata ini tidak terdistorsi sinar sinar gemerlap, yang dapat membuyarkan pencarian akan cahaya sejati.

catatan. Fotonya diambil pas mati lampu. Bengong-bengong ga ada kerjaan, Dipotret aja deh lampu minyaknya. Sekian.

Jumat, 11 Juli 2014

Say Cheseeeee.....

Saya bukan pengarah gaya yang baik. Saya lebih sering memotret landscape. Memang beberapa foto landscape ada yang saya tambahkan elemen manusia sebagai pelengkap. Tapi pose-mempose tidak dibutuhkan disini. Begitu pula dengan beberapa foto-foto candid.

Kemarin saya akhirnya berkesempatan untuk memotret foto portrait, saat saya dan beberapa kawan liburan ke Pulau Tidung. Dengan pedenya saya arahkan salah satu kawan saya untuk ndeprok dipinggiran jembatan cinta, jembatan tersohor yang menghubungkan antara Pulau Tidung Besar dan Tidung Kecil. Begitu ia ndeprok, segera saya intip jendela bidik dan pret-pret selesai.

Sampai dirumah semua foto siap untuk post processing. Dan saya pun tertawa geli saat melihat foto portrait yang saya ambil. Masalahnya wajah kawan saya itu terlihat seperti sedang menahan penderitaan yang mendalam. *piss cuy* Mungkin kalau ditambahkan mangkuk kosong didekat tasnya, pose akan jauh lebih sempurna. *kabuur*


Saya jadi teringat fotografer yang mengabadikan moment wedding saya. Ia selalu mengintip ke layar LCD kameranya setiap kali selesai menjepret, dan zooming ke wajah saya. Setelahnya? Ia selalu sibuk nyuruh saya untuk nyengir, nyengir dan nyengir.

Next time... dont forget to say cheseeeeeee....




Kamis, 31 Oktober 2013

Senja Sempurna



you're one in a million, you're once in a lifetime
you make me discover one of the stars above us. -bosson

Sore semakin bergulir, laki-laki itu berjalan menemani saya menikmati senja. Dia tidak mengerti mengapa saya begitu menyukai fotografi, namun dengan sabar dia temani saya melakoni hobi saya ini. Dia juga tidak mengerti dimana sih letak asiknya, serunya memotret, tapi dia rela mengantar saya menenteng-nenteng kamera. Mencari tempat-tempat yang indah untuk saya potret. Membawa saya ratusan kilometer jauhnya menuju tempat-tempat indah lainnya.

Sore itu, tidak jauh dari rumah, saya menikmati senja bersamanya. Dia tidak menolak ketika saya mengarahkan beberapa gaya kepadanya untuk saya potret. Siluet senja dan laki-laki itu. Sungguh perpaduan yang sempurna. Dan sungguh, saya pun ingin menemaninya merengkuh dunianya, seperti juga dia menemani saya merengkuh dunia saya.

happy birthday my love, my best friend. hope our love will last, even in the life after we die...


 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes