Senin, 11 Maret 2013

Menengok Waduk Cacaban

Waduk Cacaban Tegal

Papan petunjuk jalan itu berdiri kokoh ditengah pertigaan Pasar Banjaran Kabupaten Tegal. Seperti melambai-lambai, salah satu papan petunjuk jalan bertuliskan 'waduk cacaban' menarik perhatian saya. "Oh ada objek wisata didekat sini rupanya" pikir saya. Setelah beberapa kali melewati pertigaan pasar dengan papan yang selalu melambai, siang itu menjelang sore, tiga sepeda motor melaju seolah menurut pada lambaian sang papan petunjuk jalan. Jalan aspal yang basah selepas hujan dilibas habis oleh ban sepeda motor yang melaju dengan riang: Cacaban here we come...

Kurang dari satu jam, setelah melewati beberapa jalan yang menanjak, waduk itu ada didepan mata. Luas dan sepi, itu kesan pertama saya.

Waduk Cacaban Tegal

Tidak banyak aktivitas yang kami lakukan disini selain menikmati pemandangan alam. Udara sejuk selepas hujan menambah kenikmatan meresapi indahnya panorama waduk ini. Kami sempat berkeliling waduk menggunakan kapal memutari beberapa gugusan pulau.

Wisata Perahu

"Seperti diluar negeri ya" komentar salah satu teman saat kami berempat menaiki sebuah bukit tak jauh dari waduk. Yap. Pemandangan Waduk Cacaban dari atas bukit ini memang sangat mempesona. Saya mencoba memotret pemandangan 'seperti diluar negeri' versi teman saya ini dengan si tustel hitam. Berharap kesan yang sama nantinya bisa tersampaikan melalui foto saya. Konon perencanaan detail waduk ini dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda di tahun 1930 sementara pembangunannya baru dimulai tahun 1952 dengan merelokasi 9 desa demi terciptanya waduk ini.

Waduk Cacaban High Angle

Menunggu
Menunggu Kekasih

Serangga
Laba-laba Cacaban

Dibalik keindahan waduk yang begitu memukau, banyak cerita yang masih menjadi misteri hingga saat ini. Konon cerita didalam waduk masih terdapat cungkir emas yang digunakan Presiden Soekarno saat peletakan batu pertama tahun 1952, dan konon juga didalam waduk itu hidup seekor ular berukuran raksasa.


Jumat, 01 Maret 2013

Kamera Pertama Yang Memulai Segalanya

Sebenarnya saya tidak begitu ingat, kapan tepatnya saya mulai menyukai dunia fotografi. Rasanya sudah lamaa sekali. Semenjak kecil saya memang suka memotret. Apalagi dulu ayah sering sekali memuji hasil foto-foto saya. Saya berbakat, itu katanya. Kamera pertama yang saya gunakan untuk memotret adalah kamera analog SLR Fujica, entah tipe berapa. Saya masih ingat betapa saya dengan susah payah mendelik mendelik mencoba menerka 'ini udah focus belum sih? blur ngga sih?' karena gambar yang saya lihat di jendela bidik sangatlah kecil (bagi saya sih). Kamera tersebut sebenarnya sudah rusak, selain lensa yang berjamur, foto yang dihasilkan selalu ada garis vertikal seperti cahaya merah dan kuning disepertiga bagian foto. 'Kameranya bocor' begitu informasi dari pihak cuci cetak film.

Kamera kedua saya warnanya kuning, berbahan plastik, berbentuk mobil-mobilan dengan stiker KFC pada bagian kap mesin dan tutup bagasi. Saat itu saya hanyalah seorang anak kecil yang gampang sekali termakan iklan televisi. Saya merengek-rengek pada orangtua saya untuk diajak ke KFC, karena menurut iklan, saya bisa mendapat sebuah kamera plastik dengan membeli paket tertentu. Entah kenapa saya sangat menginginkan benda itu. Sebuah kamera lubang jarum. Tinggal kokang dan klik.

Kamera saku analog merk canon menjadi kamera ketiga saya. Kamera ini menjadi andalan keluarga dalam rentang waktu yang cukup lama untuk mengabadikan momen-momen tertentu. Tapi mengingat ketiga kamera tersebut kamera analog dimana saya harus membeli film dan mencetak hasilnya, bisa ditebak dong seberapa sering kamera-kamera tersebut digunakan. Jaraaaaaaang sekali.

miniDV

Memasuki era digital akhirnya saya membeli sebuah minidv bermerk qrio (ini termasuk kamera bukan yaa?). Dengan minidv ini saya bebas memotret semau saya tanpa harus membeli film, mencetak, atau mengeluarkan uang sepeser pun. Kalau hasilnya jelek, tinggal hapus saja. Bisa dibilang minidv ini lah yang menyalakan lampu ketertarikan saya pada dunia fotografi. Berikut beberapa hasil jepret-jepret saya dengan si minidv:

langit dan pohon duri

cipadu suatu malam

lorong

satu sudut jakarta

senja dibalik kota

mari membaca buku

Beberapa teman yang terhubung dengan saya saat kejayaan friendster tentu sudah melihat foto-foto keluaran si minidv saat saya masih asyik berblogging ria dengan friendster. Sayangnya friendster telah menghapus fasilitas blogging beserta seluruh konten blog saya.

dispenser

jalan jakarta

lampu temaramgerbang

Kamera terakhir, kamera yang saya gunakan saat ini, sebuah kamera prosumer merk canon. Kamera impian saya sejak tahun 2006 saat tipenya masih S3IS, dan baru terbeli di tahun 2011 saat sudah bermetamorfosis menjadi SX30IS =D. Saya memang belum mengetahui banyak masalah teknis fotografi, apalagi kamera saya bukan kamera DSLR, dan mungkin kecintaan saya pada dunia fotografi masih sangat sederhana. Sesederhana saya menikmati saat mata saya mengintip ke jendela bidik, mencari sudut yang indah dan...

...cekrek.

Ps. Sebenarnya kalau boleh memilih saya lebih nyaman dengan minidv. Selain ringan dan mudah dibawa-bawa, bentuknya yang kecil tidak menarik perhatian orang. Ada gak ya minidv kualitas DSLR *ngarep.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes