Sabtu, 22 Juni 2013

Bulan Sejuta Umat

Betul, bulan memang objek foto sejuta umat. Siapa pun, dimana pun, dapat memotret bulan. Foto bulan juga sudah banyak bertebaran dimana-mana. Dan kali ini, saya menjadi satu diantara sejuta umat itu :D. Semua bersumber dari saya yang masih gaptek dengan si tustel hitam. Waktu itu si tustel baru saya pinang dan saya masih awam dengannya (sekarang pun masih masuk kategori awam sih :D)

Awalnya saya sedang mencoba memotret dengan manual fokus, namun saya tak kunjung mendapatkan fokus ke benda yang saya mau akibat ketidak-tahuan saya akan focal length dan jarak objek dengan kamera (padahal jelas-jelas di layar tertera 30cm - ~, 50cm - ~, 1.2m - ~ dan terus bertambah seiring saya zooming). Saya pun browsing di yutube dan menemukan video SX 30 IS, merk dan tipe si tustel hitam, sedang memotret bulan dengan manual fokus. Wuihh, kelihatannya mudah (ya iya lah... lha wong fokusnya tinggal diset ke infinity):D dan tadaaaa... ini dia hasil percobaan saya memotret si bulan tanpa tripod.

Full Moon
full moon

sx 30 is moon
akibat kamera shake

foto bulan
lumayan laaah


Senin, 03 Juni 2013

Hujan di Malahayu

Lagi-lagi saya main ke waduk, dan lagi-lagi semua berkat papan petunjuk jalan. Masih nggak jauh-jauh dari rumah. Cuma melompat satu batas administrasi. Kalau kampung halaman kamu ada di jawa tengah dan mudik melalui jalur pantura, pasti kamu juga melihat papan petunjuk arah lokasi waduk ini, Waduk Malahayu di Kabupaten Brebes.

Demi menghindari truk dan bis dijalur pantura, kami mengambil jalur alternatif. Awalnya matahari bersinar cukup terik siang itu, tapi mendekati lokasi tujuan, tiba-tiba cuaca berubah mendung dan brrrr... dingiiiin. Jalan Tegal-Brebes yang datar dan panas kini berubah naik turun memasuki wilayah perbukitan ditambah kabut dan dingin yang menusuk. Kurang lebih dua jam perjalanan dengan kendaraan roda empat, kami tiba di  lokasi.

Turn Malahayu

Situasi di Waduk Malahayu ini tidak jauh berbeda dengan Waduk Cacaban. Keduanya pun sama-sama peninggalan Belanda. (Eh tapi saya belum pernah ke waduk-waduk yang lain. sama juga nggak ya?).

Gerbang Malahayu

Masalahnya adalah udara yang dingin, mendung dan angin sepoi-sepoi pasti membuat perut meronta-ronta minta diisi. Jadilah warung-warung makan sebagai perhentian selanjutnya. Menu khasnya pasti dong beraneka jenis ikan, mau bakar atau goreng tinggal pilih. Tapi, lah? Ternyata bukan hanya saya yang sibuk memilih. Saya melihat lalat! Bejibun! Mereka sibuk menclok sana menclok sini memilih ikan favoritnya. Becek selepas hujan pun menambah syahdu pesta mereka. Rrrrrrr.....Oke, semangkuk mie ayam rasanya cukup mengenyangkan. Yang menarik, para pedagang di sini berbicara dalam bahasa sunda. Lho? Ini di Brebes kan ya? kok saya jadi merasa seperti sedang berlibur di daerah Bandung dan sekitarnya ya? Mungkin karena letaknya yang bersebelahan dengan Jawa Barat sehingga terjadi asimilasi budaya.

Waduk Malahayu

Wisata Malahayu Brebes

Awan kembali menghitam ketika perahu yang kami tumpangi mulai melaju mengelilingi waduk, perlahan bulir-bulir hujan mulai turun. Terlintas di kepala saya ucapan Miles Morgan, seorang landscape photographer, dalam speech-nya yang saya lihat di youtube:
 "As the storm rolls in, everybody heads out, landscape photographer heads in. The worst the weather, the better the shot " 
Widiiiiiw jadi berasa kayak landscape photographer beneran.... Tapiii begitu hujan semakin deras, nyali saya mulai ciut. Buru-buru saya simpan kamera saya dalam tasnya. Saya nggak punya casing anti air. Kalau kamera saya rusak siapa yang mau ganti?

badai malahayu
in to the storm



 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes